Saat Aku Bosan, Bagian II

Kami meninggalkan rumah sekitar pukul 5 sore, sampai di hotel langsung bongkar isi tas. Saat Toni masuk kamar mandi aku menyelinap kembali ke mobil untuk mengambil "tas khusus". Saat dia keluar kamar mandi ia sudah melihatku berdiri dengan sepasang stiletto, stoking hitam ketat dan g-string yang sangat minim.

Rasanya tidak pernah melihat wajah suamiku seperti yang terlihat sekarang ini. Aku berjalan dengan sangat seksi ke arahnya, dan karena dia sudah telanjang, aku bisa melihat kemaluannya mulai beraksi. Aku langsung menuntunya ke kursi kayu, menyuruhnya untuk duduk dan kemudian memborgol pergelangan tangannya di belakang serta mengikat pergelangan kakinya.

Pada awalnya dia tampak sangat bingung, lalu bertanya, "Dari mana kamu punya borgol macam gini?" Aku hanya menjawab, "Ssst," sambil menutup bibirku dengan jari tengah.

Aku berjalan bolak-balik di depannya, membiarkan pantatku melenggang seksi dan menggoyang payudara besarku untuk menggoda dia. Aku mulai menjelaskan bagaimana 19 bulan pernikahan ini adalah semua tentang dia, dia, dia, pekerjaannya, jadwalnya, pikirannya, ceritanya, hidupnya, dan tidak termasuk aku, jadi hari ini, hari ini akan menjadi hariku, tidak peduli dia suka atau tidak.

Aku terus mengatakan kepadanya bahwa aku akan memegang kendali, dia harus memanggil aku Nyonya, tidak boleh tanya, tidak boleh marah, dan hanya menerima kenyataan bahwa dia sekarang adalah seorang suami yang diperbudak istrinya. Sebelum dia bisa menjawab, ada ketukan di pintu kamar hotel. Aku berdiri dan membukakan pintu, ternyata Budi, datang tepat pada waktunya dan tampak sangat horni.

Saat dia berjalan ke kamar, dia langsung melucuti pakaiannya, tidak membuang-buang waktu, mungkin khawatir aku akan berubah pikiran, atau mungkin hanya karena horni sepanjang minggu. Toni mulai marah, wajahnya merah dan vena di pelipisnya itu menggembung besar, saat ia mulai membuka mulut untuk protes, aku menyumpal bibirnya dengan jari-jari dan berkata, "Ingat sayang, kamu adalah budakku, kamu tidak punya hak untuk bicara."

Budi segera berlutut dan mulai menjilati vaginaku yang sudah sangat basah, klitorisku bereaksi cepat terhadap usapan lidahnya dan pikiranku mengatakan bahwa ini akan menjadi hari yang tidak akan pernah terlupakan. Setelah dua orgasme dari stimulasi oral, aku melihat penis Budi sudah sangat keras. Aku merebahkan badanku di tempat tidur, mengangkat kakiku tinggi, memastikan Toni akan melihat setiap gerakan kami berdua. Aku kaget dengan daya tahan Budi, ini adalah momen yang sudah lama dinantikannnya, pasti dia tidak akan menyia-nyiakan.

Ketika dia membenamkan wajahnya di bahuku, tubuhnya mulai bergetar, aku tahu orgasmenya mendekat dengan cepat. Dia menarik diri dariku untuk memuntahkan cairan spermanya ke bibir vaginaku, sampai perut dan seluruh payudaraku tertutup juga. Banyak sekali! Dia bergeser ke samping, berusaha untuk mengambil napas saat aku pun melakukan hal yang sama. Aku lupa berapa kali orgasme yang telah kualami.

Sesuai rencana kami, Budi hanya diam, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun untuk aku atau ke Toni, hanya memberikan ciuman lembut di bibirku, kembali berpakaian dan meninggalkan aku dan Toni. Aku berbalik ke arah suamiku yang wajahnya tampak lesu, kecewa dan terhina, tetapi penisnya mengatakan apa yang benar-benar dia rasakan.

Aku bangkit dan berjalan ke kursinya, membuka borgol, dan melepas tali yang mengikat di pergelangan kakinya. Aku mengharapkan dia marah padaku, tetapi justru sebaliknya, dia hanya duduk. Jadi, aku sedikit melakukan improvisasi pada rencanaku. Aku kembali merebahkan badanku di tempat tidur dan mengatakan kepadanya bahwa sebagai suami yang telah menjadi budak istrinya, dia akan menjadi pelayanku dan melakukan tugas membersihkan vaginaku. Dia berdiri dan berjalan ke tempat tidur, membungkuk, mulutnya melahap sisa sperma yang ada di payudara, perut dan gundukan vagina mulusku.

Kami tidak pernah berbicara tentang apa yang terjadi pada sisa hari itu, dan aku tidak pernah membiarkan dia orgasme, semua adalah bagian dari rencanaku. Apa yang dia tidak tahu adalah ini tidak akan menjadi yang pertama dan terakhir, karena aku sangat menikmatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar